Minggu, 03 Juni 2012

Asal Mula Danau Toba

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. 

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800km3, dengan 800km3 batuan ignimbrit dan 2000km3 abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari cina sampai ke afrika selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 KM diatas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkan soal itu.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Bahaya Kopi

Menurut cerita, biji kopi awalnya ditemukan secara tidak sengaja oleh penggembala Etiopia. Kemudianmereka menjadikannya minuman"wajib" dalam upacara religius dengan maksud supaya seseorang bisa begadang sepanjang malam.
Dalam kaitan ini kafein, adalah alkaloid yang berperan melalui penghambatan fosfodiesterase , yang menyebabkan peningkatanleve l cyclic-nucleo...ti da, yang selanjutnya memengaruhi sistem saraf pusat. Selain dapat diubah jadi obat stimulan, dan penghilang rasa sakit, kafein ini juga bisa diandalkan sebagai alternatif penurun berat badan. Itu lantaran kafein pintar membakar lemak dengan cara meningkatkan laju metabolisme.
Efek samping atau bahaya kopi
Laporan sebuah studi menyebutkan, 100 miligram kafein (sekitar secangkir kopi) dapat meningkatkan laju metabolisme 3-4persen. Pada beberapa relawan dengan berat badan normal didapati, efek tersebut terlihat nyata 2,5 jam setelah mereka mengonsumsinya.
Meski demikian, para peneliti menyatakan bahwa pembakaran kalori yang distimulasi oleh kafein akan lebih baik jika disertai olahraga. Hal lain, ini pun bukan berarti dengan banyak minum kopiberarti bebas efek samping.
Bahaya kopi dalam jangka panjang?
Sisi negatif kafein atau bahaya kopi tak bakal terasa sampai disitusaja. Serangkaian penelitian telah mengintip akibat jangka panjangnya.
Dalam Reader’s Digest edisi Desember 1994, diberitakan bahwawanita yang mengonsumsi 300 mg kafein setiap harinya memiliki kesempatan 27 persen lebih rendah untuk hamil dibandingkan dengan mereka yang terbebas darinya. Meski mekanismenya belum diketahui pasti, sebuah hipotesis mengatakan, kemungkinan substansi ini dapat menurunkan level hormon—semisal estrogen— hingga memengaruhi ovulasi.
Walau kaitan antara kopi dan risiko terkena kanker belum jelas, beberapa studi memperkirakan kemungkinan kopi memengaruhi DNA dan meningkatkan risiko terkena kanker kandung kemih dan ovarian. Selain itu, minum kopi yang sangat panas dapat memberiefek kerusakan pada sel dalam mulut dan kerongkongan, yang jikadilakukan berulang kali dapat mencetuskan kanker pada bagian tersebut.
Dalam sebuah kesimpulan laporan lain disebutkan, wanita yang mengonsumsi 5-7 gr kafein per bulan (setara dengan dua cangkir kopi per hari) memiliki kemungkinandua kali lipat terkena endometriosis daripada yang tidak mengonsumsi kafein.
Bahaya kopi lainnya adalah dalam hal “kemampuan” kafein membuangkalsium melalui urine, yang selanjutnya memerosotkan kekuatan tulang dan menjadikan tulang gampang patah. Studi Harvard mendapati, pada wanita pascamenopause yang mengonsumsi banyak kafein (lebih dari enam cangkir kopi per hari), risiko menderita patah tulang pinggul tiga kali lebih tinggi daripada yang tidak.
Namun studi pada hampir 1.000 wanita pascamenopause di California memperlihatkan bahwa, pada pengonsumsi sedang (denganmeminum paling sedikit segelas susu per hari) dapat menolong mengimbangi kehilangan kalsium yang disebabkan oleh kafein yang terdapat dalam dua cangkir kopi.
Supaya terhindar dari bahaya kopiseperti pada kejadian diatas, berhati-hatilah dengan kopi. Kita mungkin tidak serta-merta menghentikan kebiasaan ngopi sebab kafein dapat membuat"ketagihan". Ketika dosis asupannya dikurangi, banyak"pencandunya" yang melaporkan terjadinya ketidakmampuan bekerja dengan baik, gelisah, mengantuk, dan sakit kepala. Dalam kasus yang ekstrem, malahan terjadi mual dan muntah.
Nah, bagaimana coffee mania ? Boleh ngopi tapi bijaksanalah, jangan sampai berlebihan. Rasa danaroma kopi yang nikmat dan menggoda jangan sampai membuatkita terlena akan bahaya kopi.

Sistem Proteksi


Umum

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.

 
Pada dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan dalam sistem,  kesalahan manusia dan karena alam. Langkah yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya gangguan antara lain dengan menggunakan isolasi yang baik, membuat koordinasi isolasi dan menghindarkan kesalahan operasi. Tetapi  langkah – langkah tersebut  dibatasi oleh faktor ekonomis dan alam. Karenanya para engineer sepakat : gangguan boleh saja terjadi dan tidak dapat dihindari namun dampaknya harus diminimisasi. Tabel 1 menunjukkan data statistik persentase gangguan pada sistem tenaga ( diktat kuliah sistem proteksi teknik elektro UI oleh J. Sukarto)

Tabel 1. Frekuensi gangguan untuk berbagai peralatan sistem tenaga
Peralatan
% Terhadap Total
SUTT
50
Kabel
10
Switchgear
15
Trafo Daya
12
Trafo arus dan trafo tegangan
2
Peralatn kontrol
3
Lain-lain
8

Dari tabel 1 terlihat SUTT mengalami gangguan paling sering. Jenis ganguan yang terjadi di SUTT ditunjukkan pada tabel 2 ( diktat kuliah sistem proteksi teknik elektro UI oleh J. Sukarto)
.
Tabel 2. Frekuensi jenis gangguan pada SUTT
Jenis Gangguan
% Kejadian
Fasa ke tanah (L-G)
85
Fasa ke fasa (L-L)
8
Fasa ke fasa ke tanah (L-L-G)
5
Tiga fasa (L-L-L)
2

Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan proteksi.

Definisi Sistem Proteksi

Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.

Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.

Manfaat Sistem Proteksi

1. menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3. dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual.

Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan relay.

Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya mekanik dst.

"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi".

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:

H = I2.R.t Joules

Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.

Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.

Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan peralatan bekerja.
3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.

Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.

 


Sifat – Sifat Sistem Proteksi

1.      Diskriminasi : peka pada arus gangguan minimum tetapi tidak untuk arus beban maksimum
2.      Selektivitas : hanya bekerja pada bagian yang terganggu dan tidak pada bagian yang sehat, artinya sistem proteksi  hanya pada daerah pengamannya saja atau mendapat prioritas utama untuk bekerja à main protection
3.      Sensitivitas (kepekaan) : segera merasakan adanya gangguan
4.      Realibilitas (keandalan) : sistem proteksi harus bekerja cepat dan dapat diandalkan.
5.      Cepat : segera bekerja untuk menghindari waktu penyelesaian kritis (clearing time) yang terlampaui, kerusakan peralatan karena dialiri arus besar dengan jangka waktu lama dan gangguan tetap yang akan menyebabkan tegangan jatuh.

Sifat – sifat tersebut juga menjadi persyaratan sistem proteksi yang baik ditambah dengan persyaratan lain seperti :

Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na -zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.

Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Untuk tujuan tersebut, biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).





Komponen-Komponen Sistem Proteksi

Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:
1.
Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)
2. Relay
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Suplai (batere)

 
Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat ‘Breaking capacity’ atau ‘Repturing Capcity’.

 Rangkuman

Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
1.
Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik dan sebagainya.

Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat
mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan
H = I2x.R×t Joules

Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu sistem koodinasi relay dan circuit breaker

Miniature Circuit Braker


Alat pengaman arus lebih adalah pemutus sirkit mini yang selanjutnya disebut MCB. MCB ini memproteksi arus lebih yang disebabkan terjadinya beban lebih dan arus lebih karena adanya hubungan pendek. Dengan demikian prinsip dasar bekerjanya yaitu untuk pemutusan hubungan yang disebabkan beban lebih dengan relai arus lebih seketika digunakan elektromagnet.

Bila bimetal atau elektromagnet bekerja, maka ini akan memutus hubungan kontak yang terletak pada pemadam busur dan membuka saklar. MCB untuk rumah seperti pada sekring, diutamakan untuk proteksi hubungan pendek, sehingga pemakaiannya lebih diutamakan untuk mengamankan instalasi atau konduktornya. Sedang MCB pada APP diutamakan sebagai pembawa arus dengan karakteristik CL (current limiter) dan juga sebagai pengaman arus hubung pendek yang bekerja seketika.

Arus nominal yang digunakan pada APP dengan mengenal tegangan 230/400V ialah: 1.2.4.6.10.16.20.25.35 dan 50 A disesuaikan dengan tingkat VA konsumen. Adapun kemampuan mebuka (breaking capacity) bila terjadi hubung singkat 3 KA dan 6 KA (SPLN 108-1993). MCB yang khusus digunakan oleh PLN mempunyai tombol biru. MCB pada saat sekarang paling banyak digunakan untuk instalasi rumah ataupun instalasi industri maupun instalasi gedung bertingkat.

Contoh Proposal Tugas Akhir (TGA)


Unsur dalam proposal TGA
a.       Judul Penelitian
b.      Lembar Pengesahan
c.       Abstrak
d.      Daftar isi
e.       Bagian tubuh (bab-bab) yang terdiri dari Bab 1 : Pendahuluan, meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujan dan manfaat penelitian; Bab 2 : Kajian pustaka dan dasar teori; Bab 3: Metoda penelitian
f.       Rencana dan jadwal kerja penelitian penyusunan Tugas Akhir
g.      Daftar pustaka
h.      Lampiran

1. Judul Proposal Tugas Akhir (TGA)
Judul sebaiknya berisi deskripsi yang singkat dan jelas tentang topik TGA yang akan dibuat. Judul tersebut antara lain memuat : studi tentang apa, tujuan penyelesaian persoalan, metoda yang digunakan, dan ruang lingkup pembahasan. (Jumlah kata maksimum dalam judul adalah 20 kata).  Contoh halaman judul pada Lampiran 1.
2. Lembar pengesahan terletak setelah halaman judul dan sebelum abstrak
3. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan yang singkat dan padat dari TGA. Fungsi abstrak adalah membantu pembaca agar dengan cepat dapat memperoleh gambaran umum dari tulisan (ilmiah) tersebut. Dalam abstrak, kutipan dari penulis lainnya tidak boleh dicantumkan. Penjelasan tentang penulisan abstrak secara detil adalah sebagi berikut :
Abstrak dari proposal TGA berisi motivasi, perumusan masalah, tujuan, pendekatan/metoda, dan hasil yang diharapkan dari studi, dengan penjelasan sebagai berikut :   (lihat lampiran 2)

               i.     Motivasi
Motivasi menjelaskan tentang pentingnya studi ini dilakukan. Bagian ini berisi ; pentingnya studi ini, tingkat kesulitan yang ada, dampak yang ditimbulkan jika hal yang dilakukan/distudi/diteliti berhasil diterapkan.

             ii.     Perumusan masalah
Perumusan masalah menjelaskan masalah yang akan diselesaikan. Selaian itu, perumusan masalah mencakup pula ruang lingkup pendekatan apakah secara umum atau khusus.

           iii.     Pendekatan/metoda
Pendekatan menjelaskan bagaimana persoalan yang ada diselesaikan, apakah menggunakan simulasi, model analitis, prototip, atau analisis data aktual.

           iv.     Hasil yang diharapkan
Apabila memungkinkan, hasil yang diharapkan dari penelitian/studi yang akan dilkukan dapat dicantumkan. Pada umumnya proposal TGA tidak perlu mencantumkan hasil ini.
4. Bagian tubuh proposal TGA
Bagian tubuh proposal TGA lazimnya mengandung unsur berikut :
a.       Pendahuluan
b.      Latar belakang
c.       Perumusan masalah
d.      Tujuan dan manfaat penelitian
e.       Hipotesa (bila ada)
f.       Kajian pustaka dan dasar teori
g.      Metoda penelitian
h.      Rencana dan jadwal kegiatan penelitian


Semua unsur tersebut diatas ditulis /disusun dalam item sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
            Penelitian/studi dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti dalam mengungkapkan suatu konsep/hipotesa/gejala atau penerapannya guna tujuan tertentu. Untuk itu, pendahuluan perlu memuat motivasi yang mendorong dilakukannya penelitian/studi tersebut, atau uraian justifikasi tentang pentingnya subjek penelitian/studi. Dengan pendahuluan ini penulis mengajak pembaca untuk mengetahui secara umum konteks atau latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang diawali atau diiringi dengan landasan teori utama atau studi awal. Perlu dicatat bahwa penelitian sains dn teknologi dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif atau eksperimental, kajian pustaka, atau kerja pengembangan (project). Bagian-bagian yang diuraikan berikut ini lebih menonjolkan hasil penelitian eksperimental dan bisa saja dimodifikasi sesuia dengan bentuk penelitian yang dilakukan.

b. Latar belakang.
   Latar belakang menyajikan konteks penelitian, untuk apa penelitian ini dilakukan, dan hal apa yang mengarahkan penelitian ini. Disini diuraikan dalam keadaan bagaimana topik akan dilakukan.
Latar belakang memuat studi awal atau berbagai teori utama yang relevan dan baru (recent) yang dipadukan sehingga mengerucut pada suatu persoalan unik yang kemudian disusun dalam bentuk perumusan masalah. Lazimnya bagian ini diawali dengan menguraikan kesenjangan, teoritik ataupun praktis, antara harapan dan kenyataan.

c. Perumusan masalah.
   Dalam sub-bab ini, permasalahan yang ingin diselesaikan dirumuskan secara jelas, tajam, dan fokus. Bagian ini memuat uraian/pernyataan atau berbagai topik pokok yang akan digali dalam penelitian ini. Difinisi, asumsi, dan lingkup penelitian/studi dapat pula dijelaskan pada bagian ini. Perumusan masalah menyebutkan fokus utama dari penelitian yang mencakup berbagai pernyataan yang akan dijawab dalam penelitian sehingga gambaran tentang apa yang akan diungkapkan dalam penelitian perlu teruai dengan jelas. Semua pernyataan yang diajukan perlu didukung oleh alasan pelandasan yang diperoleh dari studi awal atau teori utama.

d. Tujuan dan manfaat penelitian
Pada bagian ini, tujuan dilakukannya penelitian/studi dan target atau sasaran yang ingin dicapai dinyatakan secara singkat dan jelas sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian dapat bertujuan untuk menjajaki, menguraikan, menjelaskan, membuktikan, atau menerapakan suatu konsep/hipotesa/gejala, atau membuat suatu prototip. Disini perlu juga dicantumkan manfaat/kegunaan khusus/dampak kemanfaatan yang diharapkan dari hasil penelitian ini. Ada kalanya manfaat penelitian tidak dinyatakan secara eksplisit.

e. Hipotesa (bila ada)
Hipotesa adalah rangkuman dari berbagai simpulan teoritis berdasarkan studi pustaka yang merupakan jawaban sementara (tentative response) terhadap masalah yang diajukan terlebih dahulu secara teoritis yang dianggap paling mungkin dan berhasil untuk ditemukan atau diamati. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, terutama penelitian bersifat eksploratif (menggali/memperdalam) dan deskriptif. Kebanyakan penelitian sains dan teknologi bersifat eksploratif, sehingga bagian hipotesa tidak diperlukan.
Penyusunan hipotesa yang baik dapat membantu memberikan arah jalan penelitian yang akan ditempuh. Bila hipotesa tidak dipakai, peneliti tetap harus menjelaskan hasil akhir apa yang hendak dicapai atau arah mana dari penelitian ini sesuai landasan teori yang dipilih.
f. Kajian pustaka dan dasar teori.
Pada bagian ini, teori, temuan, dan bahan penelitian sebelumnya yang diperoleh dari berbagai referensi yang dijadikan dasar melakukan penelitian yang diusulkan ini dibahas . Hal yang relevan dengan subyek/topik/state of the art yang diteliti saja yang diuraikan. Kajian pustaka merupakan rangkuman singkat yang komprehensif tentang semua materi terkait yang terdapat di dalam berbagai referensi. Bagian ini bisa merupakan tampilan diskusi atau debat antar pustaka. Selain itu juga bisa menjelaskan tentang teknik/kaidah/peralatan atau teknologi yang akan dan/atau akan/telah digunakan dalam melaksanakan penelitian yang akan/sedang dilaksanakan. Uraian yang ditulis diarahkan untuk menyusun kerangka pendekatan atau konsep yang diterapkan dalam penelitian. Materi yang disampaikan diusahakan dari referensi terbaru dan asli, misalkan dari jurnal papers.
Dasar teori merupakan semua teori yang diambil/dipilih berdasarkan kajian pustaka  yang melatarbelakangi permasalahan penelitian yang akan/sedang dilakukan. Dasar teori juga akan digunakan sebagai pedoman untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut. Bentuk dasar teori bisa berupa uraian kualitatif atau model/persamaan matematis. Kalau beberapa teori dibahas, perlu diketengahkan teori apa yang diutamakan.
Semua referensi yang digunakan/dikutip harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

g. Metoda penelitian
Dalam bagian ini diuraikan desain, metoda, atau pendekatan yang akan digunakan dalam menjawab permasalahan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian, serta tahapan penelitian secara rinci, singkat dan jelas. Uraian dapat meliputi parameter penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik/metoda perolehan dan analisis data, langkah penelitian, teknik observasi (bila dilakukan), serta teori penunjang pelaksanaan penelitian. Apabila dalam pegumpulan data digunakan teknik wawancara, daftar pertayaan atau kuesioner dilampirkan dalam lampiran. Bagian ini bisa dilengkapi dengan gambar diagram alir tentang penelitian atau gambar lain yang diperlukan untuk memperjelas metoda penelitian tersebut. Dalam metoda penelitian dicantumkan pula jadwal kegiatan penelitian dalam bentuk bar-chart, dimulai dari tahap persiapan penelitian sampai dengan tahap penyusunan TGA.



g. Daftar Pustaka.
   Daftar pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, tugas akhir, hand outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip didalam penulisan proposal tugas akhir. Semua referensi yang ditulis dalam daftar pustaka harus dirujuk didalam tugas akhir.